Aku sebenernya tipe orang yang susah percaya sama orang.
Saking susahnya, terkesan pemilih.
Milih yang bener sih, bukan yang malah menjerumuskan ke hal buruk.
Tbh, i realized that i dont have real bestfriends. aku lebih suka dengan istilah teman dekat.
Oh ya, akhir-akhir ini aku menyadari kalo society sekarang kejam. saking kejamnya, standar kecantikan cewek itu kelewat dibuat terlalu sempurna. Kelewat realistis.
Rambut badai, kulit putih mulus, make up, eksis di socmed, pakaian bermerk... semuanya dijadiin acuan standar eksis di Indonesia.
Banyak yang pengen banget kayak gitu sampe nggak jadi dirinya sendiri. Merasa minder dan gak yakin sama dirinya sendiri karena pengaruh media massa yang kelewat batas.
Ada cewek yang memenuhi standar itu aja langsung dikepoin terus socmednya, dipuji-puji, dicap anak eksis, dielu-elu..... Ya pada memuja bagai dewi lah.
Giliran ada yang jelek dan neko-neko langsung dihujat, diceramahi, eh tapi tetep dikepoin socmednya.
Aku gak paham sama society Indonesia. Maka dari itu aku bukan orang yang kekinian. Aku bukan orang eksis, tapi aku sering memerhatikan keadaan sekitar.
Society is funny. They ask you to be yourself and yet they judge you.We blame society but we are society.
Sebagian temen di sekolahku emang lebih suka bergaul sama eksis, ya pokoknya yang begitulah.
Bagiku, lebih baik menjadi netral. Entah ngapa aku lebih banyak belajar dari mereka yang gak eksis, nerdy, fangirling, ansos, dan 'aneh'. Mungkin karena aku juga 'aneh' jadi nyambung kali ya. They're not bad as people think. Most of them are kind-hearted and humble. Most of them are smart and some of them teach me.
Aku lebih ngerasa mereka lebih tulus kalo temenan. Dan ya, aku lebih nyaman berteman sama orang-orang yang 'disingkirkan'. Aku merasa menjadi normal itu membosankan. Normal dalam arti biasa aja, gak neko-neko.
Society terlalu menuntutmu untuk menjadi yang mereka mau.
We are all broken, because what doesn't kill you fucks you up mentally.
1 bird(s):
And that's, my sister, your opinion has made you into one of us, a group of people who celebrate their weirdness ;)
Aku setuju banget. Aku tipe yang doyannya membaur sana-sini sambil mengamati dan mempelajari. Walaupun saat SMA ini temen-temenku udah jaim dan gak segila SMP (sampe cuma aku yang paling aneh dan sering dikata gak jelas sama temen-temen yang lain. But, hey! No one will remember you if you act all normal, right? :p) Mereka sering berpikir anak-anak ansos itu aneh banget. Anak-anak ansos di kelasku emang penggemar Jepang gitu. Otaku-lah. Dan temen-temen "berselera normal"-ku yang lain mengernyitkan dahi sama hal-hal berbau cosplay begitu.
Dan traraang~... aku juga deket sama anak-anak ansos itu. Beberapa temen deket malah. Menurutku mereka cuma lebih milih ketenangan dan ngejalanin hal yang mereka sukain. Yah... memang hidup di antara dua dunia tidak mudah. Di satu pihak, aku bungkam soal apapun opini temen-temen normal ( normal di sini itu enggak melakukan hal yang neko-neko, suka sama artis Indonesia ataupun bule, permasalahan umumnya adalah masalah remaja kayak cinta dan pertemanan, dan bertindak normal. Agak menyiksa ya :| *kok ini jadi curcol) mengenai temen-temen ansos ku yg lain. Di lain pihak, aku juga rahasiain pendapat mereka soal temen sekelasku yang lain yang lebih eksis dan menurut mereka berisiknya naudzubillah dari surga ke neraka *kiasan ya, ga mungkin beneran. Tapi manfaatnya aku lebih jadi insightful lah.
Dan sungguh aku setuju soal anak-anak pemenuh kriteria society itu. Banyak orang ngestalk socmed mereka, muja-muja, dan -aku yakin banget- ada yang ngejudge mereka secara anon lewat ask.fm tapi sebenernya tetap ngikutin update tentang jawaban mereka. How fucked up is that?
Overall, I agree with you. Media terlalu mendefinisikan kecantikan dengan standar yang ketinggian dari manusia biasa. Ya ampun, bahkan dewi-dewi Yunani aja aslinya digambarkan bertubuh gemuk berisi!
Yang paling penting sebaiknya kita jangan terpengaruh dengan arus besar. Kadang ada kalanya melawan arus itu malah membuahkan hasil. Biarkan saja society bilang apa. Toh jalan hidup kita bukan mereka yg nentuin. Kita lahir, hidup, dan mati sendirian.
(Komen apa, sih, diriku ini?)
Post a Comment