>
we blame society but we're society Dolores Haze : we blame society but we're society

Future Machine

Saturday, December 5, 2015

we blame society but we're society



Aku jenuh.

Jenuh memikirkan semua kepalsuan yang kutatap tiap hari.

Orang-orang, mereka tersenyum tapi menyimpan perasaan benci.
Orang-orang, mereka tertawa terbahak-bahak tanpa memperdulikan mereka lainnya yang sedang ingin suasana tenang.
Orang-orang, mereka berlomba-lomba memamerkan benda branded (palsu) mereka karena daya beli yang sesungguhnya tidak mencukupi. Lagi-lagi tuntutan gengsi.
Orang-orang, mereka akan gelisah ketika tidak mendapat jumlah likes yang banyak di sosmed. Pengen dikata eksis. Lagi-lagi tuntutan gengsi.
Orang-orang, mereka saling mengatai cara berpakaian. Yang tertutup menyumpahi yang tidak tertutup. Yang tidak tertutup nyinyir terhadap yang tertutup. Lagi-lagi kontruksi cara berpakaian yang dihubungkan dengan budaya barat atau timur. 
Orang-orang, mereka bangga dengan jumlah teman dan followers yang banyak di sosmed, namun hanya memiliki sedikit teman sejati di dunia nyata. Lagi-lagi masalah kepercayaan.
Orang-orang, mereka berkata bahwa teknologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, namun tidak bisa dipungkiri tiap saat kita tmembutuhkan teknologi, apapun itu. Ironi, bukan?
Orang-orang, mereka gemar berdemo, menuntut sistem dan atasan dengan berbagai alasan, namun mereka sendiri tidak bisa berkontribusi apapun, malah menambah musuh.
Orang-orang, mereka bilang uang bukan segalanya, namun bahagia pun juga kadang butuh uang. Lagi-lagi ironi.
Orang-orang, mereka saling membuat standar kecantikan dan ketampanan masing-masing terhadap individu, hingga membuat semua wanita dan pria terlihat seragam rupanya. Monoton. Membosankan. 



Muak.




Semua manusia mulai tidak menjadi dirinya sendiri.



Introvert.

Aku menemukan ada kenyamanan dari situ.





We must bring our own light to the darkness.


DON'T LET SOCIETY LABEL YOU.

4 bird(s):

Nessa Flora said...

Mbak patty!! Lama nggak komen di blog wkwkw^^
Iya mb, sekarang banyak temenku yang kayak gitu. Apalagi di ig dan semacamnya....... kan sekarang lagi jaman banget tuh foto ootd sama fashion di ig terus ada yang ngejudge. dan parahnya, banyak yang pengen dianggep eksis cuma karena jumlah like. jumlah like jadi semacam penentu kita eksis di mata society apa nggak, gitu sekarang modelnya mbak.
sosmed udah bikin kita nggak jadi diri sendiri. sekarang modelnya banyak orang ngejudge style orang, foto orang, sifat orang, fisik orang. semuanya. padahal kita juga society:(

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" said...

Gue setuju banget sama post ini, Pat. Jujur gue udah alami banget apa yang lu tulis. Gue juga makin muak sama dunia yang penuh kepalsuan ini. Anjiiiing!!!

Pengobatan TBC said...

muak

Angelica Chrestella said...

Setuju! Dunia kadang terlalu palsu untuk dijadikan realita

 
© Copyright 2009 by Patricia Krisnashanti l Jurnal Patricia l All rights reserved