>
ketika perbedaan (tak seharusnya) dijadikan halangan Dolores Haze : ketika perbedaan (tak seharusnya) dijadikan halangan

Future Machine

Sunday, July 10, 2016

ketika perbedaan (tak seharusnya) dijadikan halangan


Aku nggak tau sih harus cerita ke siapa lagi. Seakan aku nggak punya seseorang yang bisa dipercaya untuk berbagi ceritaku. Kalau dipendam terus juga nggak enak. Mungkin aku cuma bisa menyampaikan secara tersirat.

Mungkin inilah resiko yang harus kuterima jika tinggal di Indonesia.
Untuk menjalin hubungan kadang beberapa orang masih mempermasalahkan SARA.
Entah dalam hubungan pacaran, pernikahan, atau bahkan pertemanan pun menjadi sangat sensitif sekali kalau sudah menyangkut seputar SARA.


"Kamu kok mau sih pacaran sama dia?"
"Putusin aja deh"
"Kalian nggak mungkin bisa bersatu"
"Pacaran beda agama kan nggak boleh"
"Entar nggak bisa ibadah bareng lho"
"Ntar gimana tuh nikahnya?"


Sejak kita lahir, kita bukanlah manusia yang rasis atau intoleran. Kita manusia yang bener-bener polos dan netral terhadap hal-hal fundamental. Yang merubah diri kita dan membentuk diri kita menjadi seperti itu karena lingkungan pergaulan atau bahkan dari lingkup keluarga sendiri. Nggak heran, jumlah manusia di Indonesia yang sensitif terhadap perbedaan SARA jumlahnya banyak. Banyaknya perbedaan membuat seseorang merasa miliknya yang paling benar dan paling baik. Seringkali kita memandang perbedaan itu sebagai suatu momok dan ancaman yang menakutkan, hingga tak jarang kita selalu ingin menentang bahkan melenyapkan orang yang memiliki paham dan kepercayaan yang berbeda itu. Yang dipikirkan: "pokoknya harus samaan!". Cukup mengerikan sih.... Seakan pluralitas makin menghilang.

Aku sempat berpikir kalau agama justru membatasi manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hmm bagiku sih sebenernya nggak pernah masalah berhubungan dengan siapapun yang berbeda, tapi pandangan orang lain seperti keluarga atau teman lah yang menjadikan agama sebagai sekat atau tameng untuk nge-judge. Agama selalu dijadikan senjata untuk 'menceramahi'. Nggak cuma perbedaan agama, bahkan perbedaan etnis pun bisa dipermasalahkan. Sad, isn't? 
Kalau mau bersikap cuek menghadapi cercaan orang lain mungkin bisa aja sih, tapi aku nggak habis pikir sih dengan pola pikir yang sudah terbentuk dalam society Indonesia mengenai hubungan beda SARA.

Yang kurasain dengan makin banyaknya menjalin hubungan dengan berbagai macam orang yang berbeda agama atau etnis, bikin pikiran jadi terbuka dan lebih nerima perbedaan, seperti saat ini..... 
Mungkin yang kutulis saat ini terlalu idealis sampai aku melupakan realitas :")


"Pacaran kalau dilandasi agama mah nggak mungkin bisa beda. Kecuali dilandasi dengan cinta. Karena cinta itu nggak pandang agama" - D
"Agama bagiku cuma urusan manusia dengan Sang Maha. Fuck Society. Selama kamu bahagia dan merasa baik-baik saja, just do it. Tidak ada kata terlambat dan lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Cinta memang merepotkan, itulah konsekuensinya" - A


Cinta itu diciptakan agar yang berbeda-beda bisa bersatu, kan?
Jika cinta adalah anugerah dari tuhan yang hakiki, lalu siapakah kita sehingga mampu memisahkannya?
Jika agama mengajarkan cinta, mengapa cinta antar agama dibatasi?




"Spirituality doesn't come from religion. It comes from our soul" - Anthony Williams

2 bird(s):

sekar said...

Ketika perbedaan menjadi halangan, duh... emang sedih sedih kesel gimana gitu ya. Apalagi kalau topiknya menyinggung soal kepercayaan, ras, suku bangsa, gender, dsb. Aku pribadi merasa toleransi adalah hal yg penting, bukannya menjadikan perbedaan sbg masalah. Sayangnya, di negeri tempat tinggal kita masih banyak yg belum menanamkan jiwa toleransi..

Salam kenal btw, kak. Aku dari blog yg dulunya Edelweiss Bouquet seperti yg tertera di exchange list kakak :D kalau boleh, minta diganti dong linknya hihihi thanks. Keep writing kak! :)

KEJU-BASI said...

ribet ya kalo udah bicara soal beda beda begini, masih banyak aja yg suka menakut2i, padahal menurutku Ia Yang Di Atas baik2 aja toh kalo kita saling mengasihi sekalipun "beda" :)))

 
© Copyright 2009 by Patricia Krisnashanti l Jurnal Patricia l All rights reserved